Frekuensi dominan
memiliki keterkaitan yang sangat dekat dengan kekerasan lapisan batuan. Nilai frekuensi dominan dapat ditentukan dari setiap titik pengukuran. Frekuensi
dominan yang tinggi menunjukkan lapisan tersebut tersusun dari batuan keras
(batuan dasar) dan sebaliknya frekuensi dominan yang rendah menunjukkan lapisan
tersebut tersusun dari batuan lunak (sedimen). Hal tersebut dikarenakan adanya
hubungan antara frekuensi dominan, periode gelombang dengan ketebalan sedimen lunak.
Frekuensi dominan berbanding
terbalik dengan periode gelombang yang melalui lapisan sedimen, yaitu jika
frekuensi dominan tinggi maka periode
gelombang yang melalui suatu lapisan sedimen rendah, dan jika periode gelombang
tersebut terdeteksi oleh alat pengukur mikrotremor bernilai tinggi maka hal tersebut disebabkan tebalnya sedimen
pada singkapan batuan dasar. Berarti bahwa gelombang yang datang dan
melalui lapisan sedimen tersebut terperangkap dalam lapisan sedimennya dalam
waktu yang lama. Sedimen yang lunak tersebut memiliki
ketebalan yang tinggi, karena gelombang yang melaluinya dapat terperangkap
lebih lama atau teredam sesuai dengan karakteristik suatu fluida tersebut, kental atau tebal, maka gelombang yang datang melaluinya akan lama dan frekuensinya rendah, sebaliknya jika suatu fluida tersebut tidak kental
atau kekentalannya kurang bahkan rigid (cair) maka gelombang yang melaluinya
akan berlalu begitu saja karena tidak butuh waktu lama untuk dapat terperangkap
di dalamnya sehingga frekuensinya pun tinggi dan cepat.
Daerah yang memiliki
frekuensi dominan rendah umumnya memiliki kerentanan untuk mengalami kerusakan
wilayah yang tinggi jika terlanda gempabumi. Hal ini dikarenakan
frekuensi dominan berbanding terbalik
dengan nilai penguatan goncangan/amplifikasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, jika gempabumi terjadi di daerah yang memiliki jenis batuan lunak maka kerusakan akan parah, sedangkan jika terjadi di batuan yang keras maka kerusakan akan kecil.
0 komentar:
Posting Komentar