Pages

Selasa, 03 Juli 2012

Tsunami

Istilah Tsunami berasal dari kosa kata Jepang Tsu yang berarti gelombang dan Nami yang berarti  pelabuhan atau bandar. Negara Jepang secara geografis terletak pada daerah rawan gempa, sama dengan Indonesia. 


Dari sejarahnya  di Jepang  pada saat itu masyarakatnya telah mengamati dan mencatat peristiwa alam yang ada di sekitarnya,  masyarakat di sana banyak tinggal di sekitar teluk yang menjadi pelabuhan sekaligus pusat ekonomi,  sedangkan kita tahu bahwa pada daerah seperti teluk (konvergen) sifat gelombang laut akan menjadi kuat sebab gelombang laut saling terpantul dan terinterferensi (tergabung) menjadi gelombang yang besar sehingga kekuatan gelombang akan terfokus pada teluk tersebut, akibatnya tentu daerah tersebut akan terkena limpasan gelombang yang lebih besar dibandingkan dengan pantai yang rata.



1. Pengamatan Tsunami
Tsunami mempunyai banyak aspek sebagaimana diteliti oleh para peneliti dari berbagai disiplin ilmu. Pembangkitnya berkaitan dengan proses geologi dan studinya dilakukan oleh para ahli geologi dan ahli geofisika, penyebaran dan pengamatannya oleh ahli oseanografi.

Karakteristik di pantai seperti pelimpasan ke pesisir atau resonansi ke dalam teluk terutama dilakukan oleh para teknisi kelautan. Perencanaan penggunaan lahan dan kota di sekitar pantai selalu mempertimbangkan resiko tsunami dan pihak pemerintah bertanggung jawab terhadap peringatan dari ancaman tsunami dan pelaksanaan evakuasi. Studi tentang tsunami telah berkembang di bermacam bidang yang berbeda dan dengan berbagai interaksi diantara disiplin-disiplin tersebut.

Gelombang tsunami berbeda dengan gelombang laut lainnya yang bersifat kontinu, gelombang tsunami ditimbulkan oleh gaya impulsif yang bersifat insidentil, tidak kontinu. Periode gelombang tsunami antara 10 – 60 menit, panjang gelombangnya mencapai 100 km.

Kecepatan penjalaran tsunami sangat tergantung dari kedalaman laut dan penjalarannya dapat berlangsung mencapai ribuan kilometer. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya bisa sampai 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya.

Ditengah lautan tinggi gelombang tsunami paling besar sekitar 5 meter, maka saat  mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa sampai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan dapat mencapai sejauh 500 meter dari garis pantai.

Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak rumah / bangunan, prasarana, tumbuh-tumbuhan dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan, kontaminasi air asin lahan pertanian, tanah dan air bersih.

Bencana yang diakibatkan oleh tsunami tergantung antara lain pada magnitude gempa, morfologi laut, lingkungan pantai, bentuk pantai, infrastruktur di pantai dan jumlah penduduk.

Bencana Tsunami terbukti menelan banyak korban manusia maupun harta benda, sebagai contoh pada tsunami di Flores tahun 1992 meninggal lebih dari 2000 orang, kemudian pada tsunami di Banyuwangi menelan korban 800 orang lebih, belum termasuk harta benda yang telah hancur. Meletusnya gunung Krakatau tahun 1883 menimbulkan tsunami yang menelan korban 36.000 jiwa, ini merupakan jumlah korban terbesar yang tercatat dalam sejarah tsunami. Di Jepang  angka statistik bencana karena tsunami cukup besar. Pada periode 1947-1970  bencana alam tsunami menduduki urutan tertinggi setelah angin ribut, gempabumi , banjir dan hujan lebat.

Untuk  Indonesia pencatatan tentang tsunami telah dilakukan  sejak zaman penjajahan Belanda meskipun hanya sebatas laporan masyarakat. Riset tsunami di Indonesia dimulai setelah peristiwa bencana tsunami di Flores pada tahun 1992, sejak itu kegiatan riset dan penelitian mulai berkembang, dengan dipelopori oleh BMG  kemudian lembaga riset dan perguruan tinggi seperti BPPT, LIPI, ITB, dan lain-lain. Dalam perkembangannya sekarang telah banyak peneliti tsunami muncul di Indonesia, namun infrastruktur untuk keperluan pemantau tsunami masih belum memadai.

Penyebab tsunami yaitu gempabumi tektonik, erupsi gunung berapi, longsoran, dan kemungkinan meteor jatuh. Dari keempat jenis tersebut, gempa bumi tektonik bawah laut yang merupakan penyebab paling sering menimbulkan tsunami.

Beberapa jenis sesar yang terjadi pada sumber gempabumi seperti terlihat pada gambar (6.4) dapat menimbulkan tsunami. Dengan adanya perubahan (dislokasi) pada lantai samudera secara mendadak,  dapat mempengaruhi kolom air di atasnya yang selanjutnya dapat menimbulkan gelombang tsunami. Meskipun demikian tsunami akan timbul, bila beberapa persyaratan lingkungan mendukungnya.



Dari hasil penelitian diperoleh persyaratan terjadinya tsunami adalah:

a.       Gempabumi  dengan hiposenter di laut.


b.      Gempabumi dengan magnitude lebih besar dari 6.0 skala Ricter


c.       Gempabumi dengan pusat gempa dangkal.


d.      Gempabumi dengan pola mekanisme focus dominan adalah sesar naik atau sesar  turun.


e.       Morfologi pantai / bentuk pantai biasanya pantai terbuka dan landai serta berbentuk teluk. 


2. Lokasi Tsunami
Tsunami banyak terjadi di sekeliling samudara Pasifik, seperti di Amerika Selatan, Amerika Tengah, Alaska, Aleutian, Kamchatka, Kuril, Jepang dan wilayah Indonesia.  Juga tsunami terdapat di laut Mediterania dan laut Karibia.

Wilayah Indonesia yang merupakan benua maritim dengan laut yang mengelilingi pulau-pulaunya sangat potensial terhadap ancaman tsunami. Meliputi pantai barat Sumatra, Selat Sunda, pantai selatan Jawa Timur, sebelah utara Flores, Sulawesi Tengah bagian barat, pantai utara Sulawesi Utara,  bagian selatan pulau Seram dan bagian utara Papua.

Di Indonesia sebagian besar tsunami yang terjadi disebabkan oleh gempa tektonik di sepanjang daerah subduksi dan daerah seismik aktif lainnya.  Tercatat sebanyak 90 % kejadian tsunami disebabkan gempa tektonik, 9 % disebabkan oleh letusan gunung api dan 1 % disebabkan oleh longsoran (Latief et al, 2000).

Kejadian tsunami di Indonesia pada umumnya adalah tsunami lokal yang terjadi sekitar 10 – 20 menit setelah terjadinya gempabumi yang dirasakan oleh penduduk setempat. Sedangkan tsunami jarak jauh adalah yang terjadi 1 – 8 jam setelah gempa dan penduduk setempat tidak merasakan getaran gempabuminya.

Kecepatan gelombang tsunami dipengaruhi oleh kedalaman laut dimana sumber gempa terjadi, dan secara empiris dirumuskan:

v = Ögd …………………………. (7-1)

dimana g adalah percepatan gravitasi dan d adalah kedalaman laut. Sedangkan besarnya energi tsunami ditentukan oleh ketinggian dan luasan kerak bumi pada sumber gempa, dan diformulakan:

                        E(t) = 1/6 rgh2A    ……………..(7-2)

Dimana E(t) adalah Energi tsunami, r = densitas, h dan A berturut-turut ketinggian dan luas crustal displacement.

3.  Skala Kekuatan Tsunami

Ukuran kekuatan tsunami terdapat dalam berbagai skala magnitude. Imamura (1949) dan Iida (1958) membuat skala magnitude tsunami sebagai berikut:

MAGNITUDE
TSUNAMI (m)
KETINGGIAN TSUNAMI h (meter)
KERUSAKAN

-1

<  0.5

-   Tidak ada

0

1

-   Sangat sedikit

1

2

- Beberapa rumah di pantai  rusak, kapal terdampar kepantai

2

4 – 6

- Kerusakan dan korban    di daerah tertentu dekat pantai

3

10 - 30

- Kerusakan sampai sejauh 400 meter  dari garis pantai.

4

>  30

-   Kerusakan sampai sejauh 500   meter  dari garis pantai
                       

Harga m mendekati persamaan m = log 2 h

Skala Imamura – Iida similar dengan skala intensitas gempabumi, pemakaian skala ini lebih cocok terutama untuk tsunami yang telah lama terjadi (histories data) dimana alat pencatat belum ada.
Soloview (1970) mengemukakan intensitas tsunami sebagai :
                                     i = log 2 (Ö 2 h)
           Dimana  h adalah tinggi tsunami rata-rata.


Selanjutnya Abe (1979, 1981, 1989 b) membuat skala magnitude dari penelitian beberapa gempa pembangkit tsunami :

                                   Mt = log H + C + 9.1
       
Untuk regional (100 km <D<3500 km) menjadi :
                               
Mt  = log H + Log D + 5.8

Dimana H adalah amplitudo maksimum dari ukuran tinggi air pasang dalam meter, C adalah faktor jarak, ( tergantung dari kombinasi antara sumber dan titik-titik pengamatan) D adalah jarak dalam km.

Diperoleh untuk tsunami gempabumi Chili tahun 1960 harga m = 4,5 dan Mt  9,4 serta Alaska 1964 harga m= 5 dan Mt  = 9,1.

0 komentar:

Posting Komentar

next page